Bali memang menawarkan berjuta pesona. Hampir di setiap sudut pulauu ini memiliki keunikan masing-masing. Salah satunya adalah Desa Bulian yang ada di Kabupaten Buleleng. Tak begitu populer namanya, tetapi tempat satu ini memainkan sejarah penting dalam sejarah Bali sekaligus sebagai sentra penghasil buah naga saat ini.
Desa Bulian merupakan sebuah desa yang ada di wilayah administrasi Kecamatann Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, wilayah yang ada di Bali bagian utara. Kata Bulian sendiri berasal dari kata Bulihan. Nama tersebut berasal dari kata dasar bulih yang memiliki arti bulir padi.
Sebenarnya, Desa Bulian bukan wilayah administrasi desa yang baru. Sebaliknya, desa ` ini adalah sebuah desa tua yang sarat akan cerita dan kisah sejarah. Konon, tempat ini adalah salah satu pusat Kerajaan Bali Kuno. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pura sakral, prasasu juga benda-benda arkeolog. Lebih dari itu, di des aini bahkan juga terdapat goa sebagai tempat persembunyian dan sumber mata air.
Di samping itu, Desa Bulian juga memiliki keunikan lain yang tak ada di desa-desa lain di Bali. Ya, desa ini memiliki tatanan unik yang berbeda dari desa-desa Bali Majapahit. Adapun tatanan yang dimaksud tersebut, termaktub dalam awig-awig desa (aturan desa) Bulian 1320 caka atau 1398 Masehi. Isi aturan itu perihal Krama Desa Ngarep, Petegakan Desa juga Bancakan Palemahan Desa.
Di samping itu, keunikan Desa Bulian juga tampak dari struktur Pura Kahyangan Desa, di mana relief dan peninggalan-peninggalan yang ada di pura tersebut berbeda dengan pura lain di Bali.
Bergeser dari masalah sejarah dan budaya,desa ini ternyata memiliki kekhasan lain, yaitu sebagai pusat penghasil buah naga di Bali. Berkat tanahnya yang subur, desa ini mendukung untuk melakukan kegiatan pertanian dan perkebunan. Salah satunya adalah perkebunan buah naga.
Mengutip laman bulelengkab.go.id, desa ini mampu memproduksi hingga puluhan ribu ton buah naga dalam sekali panen. Jumlah tersebut merupakan hasil panen per hektar kebun yang menembus angka hingga ratusan ton. Selanjutnya, hasil panen buah naga tersebut dijual baik di Bali sendiri, maupun ke luar daerah lain di Indonesia.
Sementara itu, keberadaan Desa Bulian sebagai sentra buah naga bermula pada 2004 lalu. Adalah seorang petani bernama Wayan Kantra yang kala itu mula-mula membudidayakan buah naga. Kesuksesannya ternyata membuat warga lain tertarik mengikuti budidaya buah tersebut. Bukan tanpa alasan, selain lantaran komoditas ini memiliki prospek yang bagus di pasaran, petani juga tergerak mengembangkan lantaran usia buah naga yang panjang, yaitu mencapai 15 tahun. Apalagi kondisi tanah serta pengairan di Desa Bulian yang mendukung budidaya buah naga, sehingga masyarakat pun antusias. Selama masa produktif tersebut, petani pun bisa memanennya setahun sekali.
Nah, demikian sekilas info tentang Desa Bulian. Menimbang berbagai keunikan di atas tak ada salahnya untuk menjadikan desa ini sebagai salah satu destinasi wisata Anda berikutnya saat ke Bali. Selain mengagumi peninggalan sejarah, di desa ini, tentu Anda bisa juga berkunjung ke kebun buah naga dan melihat langsung luasnya kebun buah dengan varian daging berwarna merah keunguan dan putih itu.(Y)