Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah DIY atau kependekan dari ‘Do It Yourself’. Dalam bahasa Indonesia, hobi pertukangan yang menjadi tran beberapa tahun belakangan ini disebut dengan istilah swakarya. Siapapun bisa menekuninya berkat keberadaan sosial media dan video panduan online. Secara sederhana, ‘Do It Yourself’ mengacu pada kegiatan membuat, memperbaiki atau memodifikasi barang-barang kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan ahli. Kegiatan ini tergolong ke dalam pekerjaan pertukangan yang dapat dikerjakan secara mandiri menggunakan alat pertukangan sederhana. Selain dapat menambah kreatifitas, hobi swakarya juga bisa menghemat pengeluaran rumah tangga, lho! Tidak banyak yang tahu, tren yang mendunia satu ini ternyata tidak muncul dalam waktu semalam. ‘Do It Yourself’ memiliki sejarah yang cukup panjang berkaitan dengan revolusi teknologi alat pertukangan. Penasaran kan bagaimana kisahnya? Sinar Surya Bali akan mengajak Anda berjalan-jalan ke masa lalu untuk menyimak sejarah DIY yang sangat menarik.
Sejarah DIY terbilang cukup panjang. Jauh sebelum perkembangan tren DIY yang kita kenal sekarang ini, pertukangan sederhana sudah menjadi kegiatan sehari-hari masyarakat Eropa abad pertengahan. Namun, pada waktu itu orang-orang belum memandangnya sebagai hobi. Kesadaran akan hal ini beralih berkat terbitnya sebuah buku panduan bertukang yang ditulis ahli matematika Joseph Moxon pada abad 17.
Pada perkembangannya, hobi swakarya mulai tumbuh di kalangan orang-orang kaya yang memiliki banyak waktu luang. Abad ke-20 lantas menyebarkan pengaruh DIY ke kalangan umum. Hal ini diikuti oleh turunnya harga alat pertukangan dan mesin bubut yang sangat populer di masa itu. Depresi ekonomi tahun 1920 secara tidak langsung juga memaksa orang untuk berhemat dengan membuat sendiri perkakas rumah tangga.
Do It Yourself baru benar-benar menjadi sebuah tren dalam masyarakat di negara-negara Barat selepas Perang Dunia II. Pada tahun 1950-an, hobi swakarya kerap menjadi topik pembahasan media cetak dan televisi yang baru saja muncul. Program TV asal Inggris yang dipandu oleh Barry Bucknell merupakan acara pertama yang mempopulerkan DIY.
Pada periode yang sama, alat pertukangan listrik atau power tools mulai diproduksi secara massal. Bor listrik yang diproduksi oleh perusahaan Black & Decker menjadi perkakas otomatis pertama yang dimiliki oleh hampir semua rumah tangga pada waktu itu. Menyusul perkakas-perkakas serbaguna lainnya yang dijual dalam bentuk paket dengan harga murah.
Sejarah DIY yang cukup panjang telah berhasil menggeser pertukangan menjadi pekerjaan domestik. Artinya, perempuan pun dapat ikut mengerjakannya tanpa menemui kesulitan. Laki-laki cenderung mengerjakan pekerjaan kasar seperti mengampelas kayu dan perempuan membuat tirai atau perabotan kecil lainnya.
Perkembangan internet lantas merevolusi tren ini ke tingkat yang lebih luas lagi. Siapapun dapat berpartisipasi menyebarkan wawasan dan ide-ide baru kepada orang lain. Jutaan video tutorial ‘Do It Yourself’ yang beredar setiap harinya menandakan tren mengasyikan ini tidak akan surut dalam waktu dekat.
Demikian informasi seputar sejarah DIY persembahan Sinar Surya Bali. Setelah mengetahui asal muasal dan lika-liku tren ‘Do It Yourself’ yang mendunia, jangan ragu untuk mencobanya di rumah. Anda dapat mencoba dari yang paling mudah terlebih dahulu, seperti membuat pot bunga atau rak buku dari barang-barang bekas. Dapatkan alat pertukangan listrik yang dapat menunjang hobi swakarya Anda di rumah hanya di toko alat teknik Sinar Surya Bali. Kami menyediakan beragam power tools serbaguna dari berbagai merek dengan harga terjangkau. Pesan sekarang juga dan dapatkan promo-promo menarik melalui pembelian offline maupun online. (y)